Krisis Sampah Yogyakarta, Seribu Ton Menumpuk di Depo

Krisis Sampah Kota Yogyakarta menghadapi krisis sampah yang semakin parah. Lebih dari seribu ton sampah menumpuk di depo pengelolaan sampah, akibat terganggunya sistem pengangkutan dan pengolahan limbah kota. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap masalah kesehatan dan lingkungan di kawasan padat penduduk.

Penyebab Krisis Sampah

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Andi Prasetyo, menjelaskan bahwa krisis ini terjadi karena beberapa faktor utama. Pertama, kapasitas Tempat Pengolahan Akhir (TPA) yang mulai penuh dan tidak dapat menampung limbah baru. Selain itu, gangguan operasional armada pengangkut sampah akibat kerusakan mesin dan kurangnya tenaga kerja juga memperparah kondisi.

“Sejak dua minggu terakhir, pengangkutan sampah menjadi tersendat. Akibatnya, timbunan sampah menumpuk di depo dan mengganggu aktivitas warga sekitar,” ujarnya.

Dampak Terhadap Masyarakat

Penumpukan sampah tersebut memicu bau tidak sedap yang menyebar hingga ke pemukiman warga. Warga mengeluhkan munculnya lalat dan serangga yang berpotensi menularkan penyakit. Kondisi ini semakin memperburuk kualitas udara dan membuat lingkungan menjadi tidak nyaman.

Wakil Ketua Forum Warga Yogyakarta, Sari Wulandari, menekankan pentingnya tindakan cepat dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. “Kami berharap pemerintah segera melakukan langkah strategis agar krisis ini tidak berlanjut dan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Upaya Penanggulangan

Pemerintah Kota Yogyakarta telah melakukan berbagai upaya untuk menangani krisis sampah ini. Salah satunya dengan mendatangkan armada tambahan dan mengoptimalkan sistem pemilahan sampah dari sumbernya. Selain itu, pihak dinas juga berencana mempercepat pembangunan TPA baru yang lebih modern dan ramah lingkungan.

Masyarakat juga diajak berpartisipasi dalam program pengurangan sampah melalui kampanye 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dengan kerja sama semua pihak, diharapkan masalah sampah di Yogyakarta dapat segera teratasi.